Meniti Jejak Masa Kecil (13)
~~Rika. Nur Hidayati~~
#Day13
#NarasiLiterasiNegeri
#IndonesiaMenulis
#TantanganMenulis45Hari
#Artsamawa
Setiap
tahun Alun-alun Utara menjadi tempat diadakannya Sekatenan, yaitu pasar malam
yang diadakan selama kurang lebih 40 hari.. Sekaten diadakan oleh Keraton
Ngayogyakarta dan juga Keraton Surakarta untuk memperingati Maulid Nabi
Muhammad. Rangkaian perayaan sekaten biasanya dimulai dari tanggal 5 bulan Jawa
Mulud atau Rabiul Awal tahun Hijriah.
Perayaan
Sekaten biasanya dirangkai dengan dimainkannya gamelan pusaka di halaman Masjid
Gedhe Kauman. Dilakukan juga pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad, pengajian
di masjid. Puncak acaranya ialah Garebeg atau Grebeg Mulud yang merupakan wujud rasa syukur pihak
keraton dengan membuat gunungan yang isinya adalah makanan, buah-buahan dan
sayuran dan dibagikan kepada masyarakat.
Sekaten
zaman aku kecil mungkin lain dengan yang diadakan sekarang. Kalau dulu biasanya
diisi dengan berbagai macam stand jualan dan promosi produk-produk seperti
baterai ABC, Wings, Supermie, makanan, pameran-pameran dan panggung hiburan
dari Instansi terkait.
Untuk
permainan, ada komidi putar, tong setan,
ombak banyu, rumah hantu, bianglala, kereta api, dan beberapa permainan lain
yang biasa di pasar malam. Kadang-kadang
ada juga rombongan Sirkus dan Lumba-lumba.
Stand
seperti baterai ABC biasanya ada orang-orang berbadan kecil yang menari-nari
dan menyanyi di atas panggung. Penontonnya selalu penuh, karena mereka membuat
lawakan dengan tingkah laku yang lucu-lucu.
Stand-stand
yang merupakan iklan-iklan produk rata-rata menggunakan panggung untuk menarik
perhatian pengunjung Sekaten dan diisi dengan berbagai acara yang berhubungan
dengan produk yang ditawarkan.
Ada
juga bioskop Misbar, yang artinya bioskop gerimis bubar. Pemutaran film yang
dilakukan oleh salah satu instansi atau stand seperti ABC dengan film-film
lawas Indonesia. Disebut misbar karena kalau hujan datang, penonton langsung
bubar.
Yang
aku penasaran adalah pertunjukan sirkus. Beberapa kali aku minta kepada Bapak
untuk menonton sirkus. Biasanya panggung sirkus itu letaknya di Alun-alun
paling pojok di depan sekolah. Jadi, setiap hari kami bisa melihat aktivitas
para pemain sirkus, baik yang sedang mengurusi hewan-hewan maupun yang sedang
berlatih. Rombongan sirkus itu
menggunakan berbagai macam mobil besar atau caravan dengan berbagai macam
peralatannya, seperti genset raksasa, kandang-kandang hewan dan rumah-rumah
mereka. Mobil tersebut sekaligus menjadi rumah berjalan mereka, karena mereka
berpindah-pindah dari kota satu ke kota lainnya.
Aku
sangat kagum kepada kepintaran mereka dalam beratraksi. Baru berlatih saja,
mereka sudah bagus dan memukau. Pemainnya tidak hanya orang dewasa, tetapi ada
juga anak-anak yang biasanya mereka menyajikan pertunjukan senam dengan
meliuk-liukkan badan. Aku juga penasaran dengan hewan-hewan yang menjadi salah
satu bagian dari pertunjukan sirkus. Ada gajah, harimau, singa, monyet atau
simpanse, anjing, burung dan hewan lainnya apa aku lupa. Para pawang hewan tersebut memandikan,
memberi makan dan melatih hewan-hewan tersebut. Pementasan sirkus biasanya
dimulai sore hari sampai malam dalam beberapa sesi.
“Bapak,
kapan kita pergi menonton sirkus? Tadi aku melihat pemain dan hewan-hewan yang
di kandang. Mereka sedang latihan pak.” Aku berkata kepada Bapak sambil
berusaha membujuk untuk mengabulkan permintaanku.
“Iya
Pak, aku mau juga nonton sirkus. Kapan pergi pak?” nyerocos Agus menimpali
rengekan kakaknya.
“Aku
mau juga, ikut Pak,” sela Alev nggak mau kalah.
“Iya,
hari Sabtu saja, kan besoknya libur, “ kata Bapak menenangkan kami.
Bapak
mengabulkan permintaan kami untuk melihat pertunjukan sirkus pada hari Sabtu,
agar kalau pulang terlalu malam tidak masalah, hari besoknya kan libur sekolah.
Aku tidak sabar menunggu hari Sabtu, hari ini baru Rabu. Masih beberapa hari
lagi.
(Bersambung)
0 Komentar