Langkahku mengawal Jago Jualan Pekanbaru, berawal dari ketidaksengajaan. Kebetulan pas aku yang mengambil amanah tersbut. Aku sangat bersyukur, dipertemukan dengan teman-teman yang hebat, pebisnis-pebisnis hebat di Pekanbaru. Di awal perkenalan, aku masih pede dengan profesiku sebagai pekerja sekaligus berbisnis kecil-kecilan.
Di awal Kopdar, aku sudah dibantu oleh sahabat mbak Dewi Maya Sari. Seorang Ibu muda, muda sekali, yang sudah punya tiga orang putra putri saat itu. Beliau multi talenta, kepandaiannya dalam jahit menjahit, memasak, bisnis, dan rajin mencari ilmu. Mbak Dewi menjadi sahabat baikku yang ikhlas membantu. Semua tidak lepas dari bantuan dan keikhlasan suaminya membantu istrinya.
Sampai beberapa kali kopdar, mbak Dewi sibuk membantuku.Mencarikan tempat kopdar dan negosiasinya juga. Setelah itu, terbentuk kepengurusan, yang sebenarnya tidak formal. Akan tetapi dari sanalah aku banyak dibantu teman-teman. Termasuk team suami istri pak Deffi dan mbak Hani. Mereka dengan tulus ikhlas menghandle kegiatan dari awal acara sampai selesai.
Pengisi acara di kopdar JJP keren-keren, dari Pengacara kondang di Pekanbaru yang juga konsultan Haki, beliau berbicara tentang merek. Kemudian para pakar dibidang digital marketing, seperti Om Cahya, Eriyanto Ramadhoni, Zulfianto. Kopdar kami pernah juga mengunjungi tempat produksi Tradisional care, ownernya ibu Sri Tanjung. Pernah juga ke Rattan Handmade yang memproduksi rotan dengan style yang berbeda. Selain itu, di Kopdar juga belajar Fotografi dan vidoegrafi. Semua offline, jadi peserta bisa langsung belajar.
Sementara, pengisi kopdar lain seperti praktisi Stiffin, mas Anton, Coach Robby Cahyadi, Mbak Ealeis Pratiwi owner Al Wafa, dan pak Muklis Sofyan ketua AMRI Riau.  Yang keren juga Ketua TDA Pekanbaru waktu itu, ibu Desi Wahyuni yang memiliki 9 cabang Apotek Keluarga. Beliau adalah contoh dari from zero to hero betulan.
Ya, semua itu, membuatku mengenal orang lain, mengenal pebisnis-pebisnis hebat di Pekanbaru. Aku banyak menyerap ilmu dari mereka. Aku kesampingkan semua rasa rendah diriku. Aku menjalani kegiatan-kegiatan ini terbanyak di hari Sabtu, karena kau bekerja. Terkadang ada juga yang di hari Ahad, tentu saja dengan izin dari suamiku.
Di komunitas, aku banyak menemukan sahabat, menemukan saudara, yang ma syaa Allah, menyayangi dan care padaku. Sebutlah selain teman-teman di atas. Ada mbak Ulfie dan mas nya, mbak Yuli, mbak Puput Kebab Haji Jamhur, mbak Hani Dapur Emak Super, mbak Citra pernak pernik, mbak Febriyeni mantan teman di kantor juga, pejuang fotografi dan video mas Aal Koibito, mas Jumali pakar sablon yang seirng mendadak dapat orderan. Couple preneur Fitriyanti dan mas Dhoni, juga kesayangan Mira Ayu Defitri, Ummi Eva, Wolly Sandria. Wah, banyak yang tak bisa kusebutkan satu persatu, Alhamdulillah.
 Dari kopdar-kopdar itulah akhirnya aku menemukan komunitas lain. Seperti TDA, Pekanbaru Berdaya, Koperasi Jaya Saudagar Nusantara, Forkindo, UMKM Plut, dan lainnya. Aku banyak belajar dari orang-orang hebat di komunitas itu. Apalagi di TDA, banyak orang-orang yang keren dan suka berbagi ilmu. Di Pekanbaru Berdaya, aku sebagai bendahara dan owner O Chicken Pekanbaru sebagai ketua. Pak Sabarudi namanya.Beliau sekarang juga menjabat lagi menjadi anggota dewan dari PKS di kota Pekanbaru.
Sementara di Koperasi KJSN, aku juga ikut menjadi pengurus. Dari koperasi inilah, akhirnya aku mempunyai bisnis madu dengan brand sendiri, yaitu Madu Zahra. Aku banyak belajar dari teman-teman di koperasi tentang permaduan. Setahun lebih bergerak di bidang permaduan, Alhamdulillah sudah ada izin PIRT nya.
Alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah, karena telah dipertemukan dengan orang-orang yang baik dan tepat. Baik di sosial media di Pekanbaru, maupun secara nasional. Allah tunjukkan jalannya untukku mengasah keilmuanku di bidang menulis dan bisnis. Aku selalu mensyukurinya. Karena, sekian lama bekerja, dan berbisnis dan menulis hanya sambilan saja. Kini dengan jaringan pertemanan yang luar biasa, aku mesti memulai dari nol, memulai langkah baruku. Menulis dan berbisnis. Dua hal yang mesti menjadi fokusku, selain keluarga dan keilmuan agamaku.
Mau berbisnis madu, herbal, skin care, atau pun fashion seperti dahulu lagi. Kalaulah bisa aku lakoni semua. Kenapa tidak? Hanya sekarang dalam dua tiga bulan ini aku coba, ternyata aku harus fokus ke salah satu dulu. Atau aku harus membuat time line yang jelas, agar semua urusan dan targetku dapat tercapai.
Setelah masuk ke dalam bisnis permaduan, baru aku menyadari, bahwa potensi madu di Riau ini sangatlah besar. Ternyata madu dari Sumatera, khususnya Riau dan Sumbar sangat bagus dari segi kualitas madu, dan dari peluang usahanya. Sehingga, aku jatuh cinta pada bisnis madu ini. Aku akui, luar biasa persaingan di bisnis madu ini, dari yang asli, atau yang mengaku asli. Dari jenis madunya yang berbeda-beda, karena asalnya juga berbeda. Dari yang  kemasan seadanya, sampai yang eksklusif. Semua ada. Yang berharga murah, sampai yang premium berharga mahal juga ada. Apakah aku akan berhenti? In syaa Allah tidak, karena aku yakin, potensi madu yang luar biasa tetap akan dicari dan dibutuhkan.
Sebagai seorang entreperenuer sejati, aku tetap yakin. Semua sudah ada rezekinya masing-masing. In syaa Allah tidak akan tertukar. Apalagi, dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini. Madu, sangat dibutuhkan oleh banyak orang, sebagai suplemen dan imunitas untuk tubuh kita.
Mau berbisnis apa, Bismillah. Jalani saja dulu. Semoga berkah, aamiin.