Meniti Jejak Masa Kecil (9)

~~Rika. Nur Hidayati~~

#Day9

#NarasiLiterasiNegeri

#IndonesiaMenulis

#TantanganMenulis45Hari

#Artsamawa

 

Masih bercerita soal Bapak. Selain hobby mengutak-atik mesin-mesin, Bapak juga suka membaca. Pekerjaan beliau sebagai Dosen di IKIP Yogya atau UNY sekarang menuntut Bapak banyak membaca dan membaca. Buku Bapak banyak, maklum , memang pekerjaan Bapak mengharuskan banyak membaca.

 

Bacaan Bapak selain buku-buku yang berkaitan dengan Hukum Tata Negara, PMP atau Pendidikan Moral Pancasila, Hukum Perdata, Hukum Pidana, dan Hukum Adat serta hal-hal yang berkaitan dengan tugas Bapak sebagai pengajar.

 

Selain itu Bapak juga berlangganan koran Yogya yang melegenda yaitu Kedaulatan Rakyat atau KR. Koran diantar oleh seorang bapak-bapak yang selama puluhan tahun mengantar dengan sepedanya, bahkan sampai kami pindah rumah ke Kuncen.

 

Terakhir Bapak berlangganan KR sampai Bapak sakit dan mata beliau terkena juga, sehingga agak kabur kalau terlalu lama membaca. Aku suka juga membaca KR. Koran KR selama berpuluh tahun dari aku kecil sampai selesai kuliah, setia mendampingiku. KR menjadi sumber informasi yang akurat dan up to date pada zamannya dulu. Selain itu ada juga Minggu Pagi, yang lebih banyak berisi cerita dan hiburan. Favoritku dari isi koran KR waktu itu adalah tulisan Profesor Umar Kayam, seorang Budayawan dan dosen UGM waktu itu. Tapi aku lupa judulnya. Barangkali ada yang ingat?

 

Bapak juga tak lupa berlangganan bacaan untuk anak-anak, antara lain majalah Bobo dan sesekali membeli majalah Kawanku. Saat majalah Bobo datang kami berebut untuk membacanya. Membaca cerita Bobo dan keluarga, Bona, gajah berbelalai panjang dan Cerita dari Negeri Dongeng.

 

Bapak juga suka memelihara binatang. Di rumah Eyang, ada ayam, burung perkutut, dan kucing. Di rumah kami, Bapak memelihara burung betet. Burung betet dibeli di Pasar Ngasem, tidak jauh dari rumah kami di Rotowijayan. 

 

Pasar Ngasem adalah pasar yang letaknya berdampingan dengan tempat wisata Tamansari. Di Pasar Ngasem ada pasar hewannya juga selain pasar umum seperti yang lain. Kapan-kapan kita cerita tentang Pasar Ngasem ya. Seru lho, banyak hewan yang lucu-lucu, seperti kelinci dan burung yang cantik-cantik.

 

Setiap Bapak pulang dari kantor, si Betet pasti teriak-teriak berbunyi. Kadang-kadang turun ke bawah dan jalan mendatangi Bapak. Warna bulunya indah, yaitu merah, hijau, biru, dan kuning. Suaranya keras dan nyaring. Aku lupa Betet dikasih nama apa. Aku panggil Betet saja ya.

 

Kadang-kadang ada juga  kucing tetangga yang datang. Sebenarnya kucing itu sudah sering jalan-jalan di sekitar rumah kami. Meskipun, Bapak penyayang binatang dan pernah punya kucing peliharaan juga, tapi Bapak di rumah belum mau memelihara kucing. Mungkin karena kami masih kecil-kecil, jadi belum begitu ngeh untuk memelihara kucing.

 

Sore itu Bapak pulang, terdengar suara sepeda motor datang.

 

“Bapak pulaang, Bapak pulaang,”kata Agus dengan gembira. Alev yang berdiri di belakangnya juga kegirangan. Terdengar juga si Betet bersuara nyaring.

 

“Tet tet, tet tet,” Betet mulai mencari perhatian Bapak.

 

“Ibu sudah pulang?” Tanya bapak kepadaku sambil mengangkat Betet dengan tangannya.

 

“Sudah, Ibu sedang di dapur.” Aku menjawab sambil mengambil bungkusan oleh-oleh dari Bapak. Sambil berjalan ke dapur,  Bapak meletakkan Betet ditempatnya lagi dan memberinya makan.

 

Kami pun asyik makan oleh-oleh dari Bapak sambil mengobrol seru bersama. Ibu datang dan ikut serta mengobrol dan makan camilan oleh-oleh Bapak.

 

Tiba-tiba terdengar pekikan si Betet. Kami semua berlari ke arah suara tersebut.

 

“Bapak, Bapak! Ada kucing menggigit Betet pak!” teriak Alev sambil menangis.

 

Cepat-cepat Bapak berlari ke dapur dan mengejar kucing dengan cekatan. Adik-adikku mengikuti dari belakang, sementara aku yang penakut dan ngeri, hanya terdiam di tempat saja. 

 

Alhamdulillah, masih bisa ditangkapnya kucing dengan Betet tersebut dan si Betet hanya sedikit terluka. Tanpa kami ketahui, si Betet turun lagi dan mungkin hendak mencari Bapak. Kebetulan lewatlah kucing tetangga,  sehingga si Betet menjadi sasaran empuk si kucing.

 

Akhirnya, kami harus lebih berhati-hati menjaga Betet agar tidak diserang oleh kucing lagi. Bapak sesekali menurunkan Betet, agar bisa berjalan-jalan di bawah.

 

Akan tetapi, akhirnya kejadian juga. Beberapa kali Bapak memelihara burung betet, ada juga yang mati karena dimakan oleh kucing. Sedihnya hati kami, padahal burung itu sudah dekat dan lucu sekali. 

 

Ada pelajaran penting dari hobby Bapak itu, kami diajarin peka dan menyayangi binatang, seperti burung,ayam, kelinci, ikan, dan kucing. Walaupun kucing pernah membuat kami menangis, sampai sekarang kami semua menjadi penyayang kucing juga ternyata.

 

 (Bersambung)