Fase Mencari Guru
Selama
bertahun-tahun di Pekanbaru. Aku masih bingung bagaimana akan mengembangkan
usahaku. Masih ada beberapa orang yang menjadi reseller di Perawang, tapi tidak
seperti dulu lagi. Karena keterbatasan transportasi dan daya beli masyarakat
juga menurun. Untuk sementara aku tidak terlalu antusias lagi berjualan.
Kadang-kadang karena jiwa dagangku tidak bisa padam, aku belanja parfum arab
dan siwak yang aku titipkan ke teman yang punya toko di samping masjid. Beliau
aku titipin juga kurma, baju anak, dan sprei. Tentu saja dalam jumlah yang
tidak terlalu banyak. Secara rutin, setiap bulan aku mendapat setoran dari
penjualan itu.
Sebenarnya,
suamiku tahu akan kegelisahanku. Dia menyerahkan saja kepadaku, bagaimana
baiknya. Dia membantu aku membawa barang-barang ketika naik bis kantor ke
Perawang sampai dibawanya masuk ke kantor. Semua dilakukannya dengan ikhlas.
Suamiku tahu persis, aku tidak bisa dijauhkan dari kehidupan jual beli.
Aku
sempat vakum selama beberapa saat, akan tetapi ya aku mengikuti air mengalir
saja. Sampai dengan tahun 2015, aku masih blank dan belum ada ilmu mau
bagaimana caraku berjualan. Meskipun sudah ada wacana untuk berjualan online,
tapi aku belum bisa melakukannya karena belum ada ilmunya.
Bahkan
waktu itu, aku mengikuti beberapa seminar yang barangkali bisa membuka wawasan
dan ilmu jualanku untuk bisa aku terapkan, tetapi belum ada hasilnya juga. Bahkan
ada yang membuatku sempat kapok mau jualan online.
Kondisi
berubah ketika tahun 2016 aku mengenal Saptuari Sugiharto, seorang pengusaha
dan penggiat anti riba. Banyak cerita beliau tentang usahanya yang jatuh bangun
dan usahanya untuk keluar dari riba. Karena beliau orang Jogja, setidaknya apa
yang diceritakannya familiar buatku. Secara rutin aku mengikuti postingan
beliau di FB. Nah, dari cerita-cerita beliau lah aku mengenal Dewa Eka Prayoga.
Anak muda yang menginspirasi, yang bisa melunasi hutangnya karena ditipu orang
dari menulis dan menjual buku-buku bisnis.
Bayangin
saja, waktu itu Dewa masih sangat muda, masih kuliah dan nyambi-nyambi berbisnis. Buku-buku bisnisnya keren-keren. Aku yang
suka membaca, tergiur untuk membeli buku-bukunya. Termasuk buku tulisan Saptuari
yang Tetralogi Anti Riba juga aku beli.
Dari
Dewa, aku mengenal Billonaire Store, dan akhirnya aku menjadi reseller buku
Billionaire Store. Jiwa dagangku lumayan tersalurkan. Aku hanya promo di fb
saja, itupun dengan tanpa ilmu dan waktu itu Whatsapp dan Telegram belum begitu
familiar aku gunakan sebagai media promosi. Alhamdulillah, lumayan ada
pembelinya. Setiap ada promo buku baru, selalu ada yang membeli.
Aku
juga mulai mengenal Rendy Saputra, CEO Keke yang luar biasa jalan pikiran dan
gebrakannya tentang UKM dan UMKM Indonesia. Aku banyak membaca tulisannya, dan
menjadi anggota Sekolah Dua Kodi Kartika.
Sekitar
September 2016, ada info bahwa Dewa akan datang ke Pekanbaru. Dengan antusias
aku membeli tiketnya untuk mengikuti seminarnya. Qadarullah, Dewa sakit
beberapa hari sebelum datang ke Pekanbaru. Tiket akhirnya dikembalikan, walau
aku lupa tidak mengambil bonusnya sebagai tanda permohonan maaf. Tapi,
sebenarnya aku sangat sedih, karena Dewa sakit GBS yang sulit disembuhjan.
Tiba-tiba jatuh dan tidak bisa apa-apa. Aku hanya berdoa untuk kesembuhannya,
sebagaimana ribuan orang followernya yang selama ini banyak mendapat manfaat
dari usaha dan postingan ilmu bisnisnya.
Pada
bulan Maret 2017, Rendy Saputra mengadakan acara bagi anggota Sekolah Dua Kodi
Kartika. Saat itu aku hadir di Jakarta dengan owner Fadhila Collection, baju
gamis jilbabnya yang selama ini aku menjadi agennya. Di acara itu mengukuhkan
aku untuk niat menekuni dunia entrepreneur, dunia bisnis, yang selama ini
menjadi impianku. Hadir di acara itu selain Rendy sendiri, juga ada Saptuari
Sugiharto, Dewa yang baru sembuh secara ajaib, memberikan sharingnya sambil
duduk. Satu lagi pematerinya aku lupa.
Banyak
sekali hal yang aku dapat di acara itu, selain aku bisa menambah motivasi diri,
aku juga terbuka wawasanku, bahwa diluar sana banyak hal yang bisa aku petik
hikmahnya. Banyak hal yang bisa aku pelajari. Aku tidak merasa gentar, walaupun
usiaku saat itu sudah beranjak jelita, jelang lima puluh tahun. Tetap harus aku
syukuri, bahwa Allah tunjukkan jalan ketika aku sudah mulai menua usiaku.
Sekitar
akhir Maret 2017, ada info bahwa Dewa mau buat group telegram komunitas bisnis
Jago Jualan. Jadi setiap kota akan ada komandannya. Di fb aku mengajukan diri,
Pekanbaru sudah ada belum ya. Waktu itu yang mencari adalah mas Metri Gomet.
Beliau masih menjadi teamnya Dewa.
Akhirnya,
tanggal 5 April 2017, telegram komunitas Jago Jualan per kota sudah siap. Satu
persatu teman-teman dari Pekanbaru dan
sekitarnya masuk ke link group telegram. Setelah diperkenalkan oleh mas Metri
di group komunitas Jago Jualan Pekanbaru pun aku mulai mengenalkan diri kepada
teman-teman, bahwa saya admin dan Komandan di Jago Jualan Pekanbaru. Itulah
langkah awal aku mengenal teman-teman bisnis yang ada di Pekanbaru. Mereka yang
akan banyak membantu dan mengenalkan diriku pada komunitas bisnis lain yang ada
di Pekanbaru. Group JJP begitu disingkat menjadi awal aku mulai semangat lagi
dalam menekuni bisnis.
Alhamdulillah,
walaupun aku tidak banyak mempunyai pengalaman dalam berbisnis, tapi aku
diketemukan dengan orang-orang yang hebat di JJP. Aku pede saja, walaupun
anggota JJP banyak yang lebih hebat dariku. Aku rutin mengadakan kopdar JJP,
meskipun tidak rutin setiap bulan. Banyak pemateri-pemateri hebat yang sudah
mengisi kopdar. Sampai saat ini sudah kopdar sebanyak 19 kali. Dan selama pandemi
ini belum pernah mengadakan lagi. Semoga pandemi segera berakhir dan semua
kegiatan-kegiatan positif bisa segera dilaksanakan lagi. Aamiin.
2 Komentar
cerita yang sangat menginspirasi. Tetap semangat mba, kita hampir seusia :D
BalasHapusselalu semangat Ummi Anita. IYa ya, jadi merasa muda kalau sudah banyak kegiatan seperti ini. Bismillah saja, smg Allah mudahkan
BalasHapus